Thursday, March 22, 2012

Hmmmm akhirnya beres jg setelah seharian ngotak-ngatik notebook sampe panas buat bikin blog ini
Yup inilah Post Pertama Saya .....Sebuah Tulisan Yg datang dari teman dunia maya saya Ira...
entah ini puisi ataupun apa akupun tak tau tapi menurutku ini menarik untuk aku baca ....

Untitled ......

 

02:45 (kala Gema Adzan Ashar Sentuh Telinga)

Sepertinya aku pernah bilang, kamu tintaku.. tanpa kamu, penaku bisu. Aku mendadak tak kenal aksara apalagi kata. Tiap ingin jejakkan tawa dan lara dalam tulisan, yang tercetak malah airmata tak berkesudahan. Apakah ini nyata? Janjimu kemana?

03:13 [Lepas Gema Adzan Ashar]

Salah ya kalau saya belum bisa lupa rasanya luka? Bagaimana mau lupa, selagi yang lama masih rawat jalan, kau sudah buru-buru guyur aku dengan yang baru. Yang hilang dariku lebih dari sekedar yang kau pikir kau tahu. Ada yang bilang, karena laki-laki, egomu menahanmu untuk tunjukkan pada mata-mata disana bahwa kau juga sama.. sama seperti aku, luka. Entahlah.. Aku sepertinya lebih memilih tidak percaya. Hatiku bilang, kamu baik-baik saja. Hatiku bilang, kamu sudah bisa bahagia..

15:19 [Ketika Cuma Gelap Yang Tertangkap Netra]

Kalau kau lukai ragaku, aku tahu cara mengobatinya. Tapi kalau kau lukai yang didalam dadaku.. bagaimana aku menyembuhkannya..
  
15:52

Iya, aku iri. Jadi sangat ingin tahu, kenapa aku tidak bisa seperti mereka. Okelah, kalau saya yang bersalah. Okelah, kalau saya kerap membuat ulah. Tapi setiap kali sosok-sosok itu pergi, tak pernah ada alasan pasti. Mungkin karena aku terlalu biasa. Mungkin karena aku terlalu cinta sehingga mereka tak pernah khawatir akan kehilanganku. Sampai akhirnya, mereka bosan pada pemuja yang setulus hati menyayangi mereka ini. Iya, saya iri. Saya iri setengah mati. Hari ini, sepertinya saya sudah lupa seperti apa bahagia itu terasa. Ah, nikmati saja. Ikut merasa senang, meski pesta pora itu bukan untuk kumiliki sendiri. Mungkin.. mungkin.. suatu hari nanti, aku diijinkan untuk berbahagia.. bahagia yang utuh dan tak lagi berjeda-jeda.
Mungkin, suatu hari nanti akan ada pria yang mengijinkanku menangis dipelukannya.. dan tidak marah, ketika aku merasa kecewa..
  
05:07 [Mungkin Harusnya Tidak Ada '2nd Chance 4U']

Sepertinya bagimu aku hanyalah sebuah piala bergilir yang selalu ingin kau dapatkan lagi setelah lepas dari tanganmu. Tapi ketika aku kembali jadi milikmu, kau mulai mengulang acuh dan sia-siakan aku. Aku bagimu tak lebih sekedar lambang bahwa kau mampu melenakanku untuk kesekian kali, meski sebelumnya telah kau leburkan ketegaran ini. Aku bagimu, tak benar-benar berarti seperti katamu..
Ah, sepertinya aku memang sukarela dibodohi olehmu.

02:36 [Siapa Tahu Itu Kamu]
  
Aku tahu ini susah, susah = tidak mudah, tapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Kalau dulu aku baik-baik saja tanpamu, maka kali inipun aku harus bisa menerima kenyataan bahwa kamu tidak lagi ada untukku. Kembali mencoba terbiasa untuk mandiri dan tak menggantungkan bahagiaku pada satu hati yang kucintai. Tidak akan kuusir rindu yang datang bertamu. Biar kujamu dan kuajak bernostalgia saja. Mengenang apa-apa yang pernah kita ingin capai bersama. Mungkin bukan kamu.. mungkin juga kamu, hanya masalah waktu. Yang mana saja tak mengapa. Karena yang manapun yang jadi jalanku, sudah tentu adalah yang terbaik dari Yang Kuasa.
Jingga, aku masih ingin hidup lebih lama. Siapa tahu, di lain waktu, Tuhan kembalikanmu padaku.. Jingga, aku masih ingin hidup lebih lama. Menunggu Imamku, yang akan bahagiakanku.. siapa tahu itu kamu.. Siapa tahu.. :)

14:53 [Waktu Saya Gendut, Kamu Kemana Aja?]

Saya nggak sampe benci sama kamu. Kl kecewa dan sakit menggila sih ada. Nggak muna laaa. Kadang juga pengen nyabutin semua bulu yang ada ditubuhmu satu-persatu, biar kamu tahu laranya nahan rindu. Tp urusan membalasnya, wah itu terserah Yang Kuasa. Saya titip doa aja, semoga kamu enggak pernah merasakan apa yang saya rasa waktu kamu ucap seribu janji dan terusnya pura-pura lupa. Tapi nanti kl saya udah langsing, jangan minta balikan ya.. :P
Karena saya pasti bertanya, 'Waktu saya gendut, kamu kemana aja?

19:07 [Rindunya Berisik]

Duh, Rabbi..Harus kemana kulempar kangen ini? Berisiknya dia menjerit-jerit bikin tuli. Kalau tak ingat sudah bertekad untuk MULAI menghadapi, rasanya ingin mulai lari dan lari lagi. Seperti yang sudah-sudah, lintas galaksi. Tapi bahkan bila aku jejakkan kaki disudut tersepi bimasakti, tetap saja pesonanya menghantui. Raganya memang tak disini.. tapi semua tentangnya lengket dihati..
Sabarkan aku, Rabbi..
Kuatkan aku dalam penantian ini.
Yakinkan aku,
yang memang untukku, takkan mengecewakanku..
  
Mak [10:59]

Mak, tiba-tiba aku rindu. Ingin pulang dan mengadu. Meraung-raung dipangkuanmu. Merasakan keriput kulit tanganmu menyentuh pipi saat menghapus airmataku. Mak, maafkan aku. Sudah bangkotan begini, masih belum bisa beri apa-apa untukmu. Cuma bisa sediakan waktu untuk dengar celotehmu, rutukanmu, gerutuanmu, dan juga tawa lepasmu. Tawa lepas, Mak.. sudah lama tak kudengar itu.
Mak, kalau nanti kau mati, aku mau ikut saja. Rasanya aku tak bisa bila kau tak ada. Pada siapa lagi hendak bercerita dan bermanja kalau lagi-lagi aku ditipu pria?!
Mak, maaf ya.. Anakmu putus asa. Jangan sedih, Mak. Jangan sedih. Mungkin jatah bahagia kita bukan di bumi, tapi di akhirat nanti. Yang abadi, Mak. Bahagia kita tak akan terhenti di sisi Illahi..

20:52 [Ketika Mati Terasa Dekat Menanti]

Entah mengapa, kadang aku merasa umurku taklah panjang. Sepertinya aku takkan sempat merasakan nikmatnya menjadi seorang istri bagi pria yang kucinta, atau Ibu bagi anak-anak yang kulahirkan dari rahimku.
Perasaan-perasaan seperti itu kerap hadir saat hatiku tenang.. damai..
Setelah itu, rasanya sedih.. sedih karena yang lalu terlintas dibenakku adalah seseorang yang selama ini selalu disampingku.. Mama.
Aku jadi sedih memikirkan bagaimana dia bila aku tak ada. Tak ada lagi anaknya. Nanti dia sendiri..
Sering kali aku hendak menuliskan apa-apa yang tak bisa kusampaikan selama ini kepada orang-orang tertentu, semacam persiapan. Jadi, bila aku mati, mereka bisa tahu apa yang selama ini mengendap dibenak dan hatiku. Surat wasiat tuh ceritanya.. hahahaha..
Ah, entah benar atau tidak apa yang kurasa. Taklah ada niat mendahului Yang Kuasa. Pokoknya sampai saat ini nafasku masih terhela. Daripada memikirkan


by : Chaira Andhia Putri